Penjelasan Perbedaan Link State dan Distance Vector Serta Kelebihan dan Kekuranganya
Apa Saja Perbedaan Distance Vector dan Link State?
Distance Vector routing protocols biasanya menggunakan metode penghitungan jumlah hop (hop-count metric) untuk menentukan rute terbaik untuk mencapai ke perangkat tujuan tanpa menghiraukan kemampuan bandwidth dari sebuah network link disepanjang lintasan. Masing-masing router pada jaringan yang menggunakan routing protokol distance vector tidak memiliki gambaran dari keseluruhan jaringan, router hanya mengetahui hop berikutnya untuk mencapai ke router tujuan.
Link State routing protocols secara fundamental sangat berbeda dengan protokol distance vector. Link state menggunakan nilai (cost) metric yang merepresentasikan status link dan physical bandwidth dari interface router yang dilalui untuk mencapai perangkat tujuan. Pemilihan jalur pada protokol link state berdasarkan pada rute yang memiliki nilai metric paling rendah biasanya direpresentasikan dengan jalur yang memiliki bandwidth paling besar. Setiap router yang terdapat pada jaringan yang menggunakan metode protokol link state memiliki gambaran topologi jaringan secara keseluruhan. Protokol link state menyampaikan semua informasi tentang link mereka ke seluruh router sehingga setiap router memiliki gambaran dari keseluruhan jaringan yang sama.
Bagaimana cara Pemilihan Rute Pada Jaringan Multi Protokol?
Dari gambar diatas kita dapat mengetahui bagaimana cara masing-masing routing protocol mengirim paket ke router tujuanya.
Jika menggunakan routing protocol distance vector ketika ROUTER-A akan mengirim paket ke ROUTER-B paket akan langsung dikirim dari ROUTER-A ke ROUTER-B tanpa memperhatikan nilai metric dan bandwidth pada link tersebut alhasil kecepatan transfer menjadi lebih lambat.
Jika menggunakan routing protocol link state ketika ROUTER-A akan mengirimkan paket ke ROUTER-B paket akan dikirim dari ROUTER-A ke ROUTER-C baru ke ROUTER-B karena link tersebut memiliki cost metric lebih kecil yaitu 1(ROUTER-A ke ROUTER-C) + 1(ROUTER-C ke ROUTER-B) = 2 cost metric.
Untuk lebih jelasnya mengenai perbedaan Protokol Link State dan Protokol Distance Vector bisa dilihat pada table berikut ini :
Distance Vector | Link State |
---|---|
Melihat topologi jaringan berdasarkan persperktif router tetangganya | Memiliki gambaran secara menyeluruh dari topologi jaringanya. |
Menambahkan jarak vector dari router ke router | Menghitung jarak terpendek untuk menjangkau router tujuan. |
Pembaruan jaringan dilakukan secara berkala setiap saat dengan frekuensi tertentu | Pembaruan jaringan hanya terjadi jika dipicu karena adanya perubahan topologi |
Slow convergence | Faster convergence |
Mengirimkan copy dari routing table ke router tetangganya | Mengirimkan perubahan routing link state ke router lainya. |
RIP, IGRP | OSPF , IS-IS |
Bagaimana Cara Kerja Protokol Distance Vector?
Algoritma Distance Vector sebenarnya merupakan turunan dari algoritma yang sudah ada sebelumnya yaitu algoritma Bellman-Ford. Cara kerja dari protocol routing distance vector dengan cara sebuah router akan mengirimkan salinan dari seluruh routing tabelnya ke router tetangga secara berkala. Sehingga secara rutin setiap router melakukan pembaharuan topologi karena setiap router terus menerus menerima salinan tabel routing terbaru dari router tetangganya. Sehingga semua router bisa mengetahui metrik (jarak) ke rute tertentu dan hop berikutnya (vector).
Dalam Distance Vector router tidak memiliki gambaran topologi, sehingga sebuah router hanya mengetahui alamat router berikutnya ketika mengirimkan paket ke tujuan tertentu dan metrik yang terkait dengan rute tersebut. Untuk lebih jelaskan perhatikan gambar cara kerja distance vector berikut ini :
- Router-B menerima routing update dari Router-A
- Router-B menggunakan informasi yang didapat dari Router-A untuk melakukan kalkulasi ulang routing tabelnya
- Kemudian Router-B mengirimkan informasi tersebut ke Router-D
- Setiap proses diatas terjadi di semua arah antara router yang bertetanggaan langsung.
Sangat penting untuk diketahui ketika menggunakan protokol distance vector routing tabel tidak dikirimkan selain tetangga dekatnya. Jika dilihat dari gambar diatas Router-D tidak mendapatkan update routing table langsung dari Router-A. Router-D hanya mendapatkan update routing table dari tetangga yang berhubungan langsung, jadi Router-D hanya mendapat update routing table dari Router-B dan Router-C saja.
Apa saja Kelemahan dari Distance Vector?
- Protokol distance vector akan melakukan update secara periodik untuk mengirimkan routing tablenya, ini berarti rute mungkin telah berubah sesuai pembaruan yang terbaru dan paket yang dikirimkan dapat diteruskan ke tujuan yang salah sampai terjadinya pembaruan rute berikutnya.
- Selain itu pembaruan routing table secara berkala tetap saja menggunakan bandwidth yang seharusnya tidak diperlukan dan sumber daya pemrosesan CPU ketika tidak ada perubahan ke jaringan
- Setiap router hanya menerima informasi dari router tetangganya, dalam situasi tertentu ketika sebuah link pada jaringan naik dan turun secara cepat (flapping) hal ini dapat menyebabkan routing loops. Sebuah routing loop terjadi ketika router R1 menganggap hop berikutnya adalah R2, dan R2 juga berfikir bahwa hop berikutnya adalah R1 sehingga paket akan terus menerus dikirimkan bolak-balik antara R1 dan R2 sampai TTL(Time to Live) tercapai dan paket tersebut akhirnya dibuang.
Bagaimana Cara Kerja Protokol Link State?
Karena keterbatasan dari routing protokol distance vector sehingga dikembangkan routing protokol yang lebih baru yaitu link state routing protocols. Berbeda dengan distance vector yang hanya mengetahui informasi rute dari tetangganya, protokol routing link state memiliki database lengkap mengenai topologi jaringan existing. Ketika distance vector tidak memiliki informasi yang spesifik mengenai jaringan yang letaknya berjauhan, pada protokol link state memiliki informasi yang menyeluruh tentang semua router yang terhubung pada topologi dengan protokol yang sama dan bagaimana mereka saling berhubungan. Artinya semua router memiliki pandangan yang sama tentang seluruh topologi intertwork termasuk semua rute dan link yang harus dilalui agar bisa sampai ke tujuan.
Link state mengirimkan LSP (Link State Packets) ke seluruh jaringan yang digunakan untuk mengirimkan informasi yang diperlukan untuk membangun database mengenai topologi, yang digunakan oleh algoritma SPF (Shortest Path First) untuk membuat sebuah pohon SPF (SPF tree). SPF tree merupakan gambaran dari semua rute dalam jaringan dan jalan yang terpendek untuk bisa menjangkau seluruh router. Dengan menggunakan SPF tree protokol link state membuat sebuah routing table yang merupakan jalur untuk menuju ke network tujuan masing-masing. Ketika topologi link state berubah semua router akan mengetahui perubahan tersebut sehingga mereka memperbarui routing table masing-masing.
Sangat penting untuk diketahui bahwa link state tidak sama dengan distance vector yang secara berkala memperbarui seluruh routing tablenya. Protokol link state melakukan pembaruan routing tablenya hanya jika terjadi perubahan pada topologi jaringan. Ketika router mengetahui adanya perubahan topologi seperti perubahan link router tetangga, link baru atau tetangga baru router akan langsung memberi tahu tetangganya mengenai perubahan yang terjadi, sehingga semua router dapat mengenali adanya perubahan dan menjalankan kembali algoritma SPF.
Cara kerjanya adalah ketika sebuah router mengetahui adanya perubahan pada topologi kemudian mengirimkan informasi tentang status link ke seluruh jaringan. Ketika semua router menerima informasi adanya link baru kemudian router memperbarui database mengenai topologinya kemudian mengirim informasi tersebut ke tetangganya. Sehingga setiap router dapat menjalankan algoritma SPF dengan database topologi yang baru untuk memperbarui routing tablenya. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar berikut ini :
Apa saja Kelebihan dari Link State?
- Metode pemilihan jalur menggunakan metode cost metric, secara otomatis memilih link yang memiliki bandwidth paling besar untuk mencapai router tujuannya sehingga proses transfer data akan lebih cepat.
- Hanya melakukan pembaruan routing table jika terjadi perubahan pada topologi jaringan sehingga tidak setiap saat membebani kerja CPU dan memory.
- Mengetahui informasi yang spesifik tentang semua router yang terhubung pada sebuah topologi jaringan yang menggunakan protokol yang sama sehingga semua router yang menggunakan protocol link state memiliki gambaran yang sama tentang seluruh topologi intertwork termasuk semua rute dan link yang harus dilalui agar bisa sampai ke tujuan.
Apa saja Kekurangan dari Link State?
- Membutuhkan banyak memory dan CPU jika dibandingkan dengan static routing.
- Membutuhkan bentuk jaringan yang pasti karena saat terjadi perubahan jaringan, maka LSA akan membanjiri jaringan. Hal ini bisa mengganggu proses pengiriman data.
Posting Komentar untuk "Penjelasan Perbedaan Link State dan Distance Vector Serta Kelebihan dan Kekuranganya "